Permasalahan yang akan muncul jika tetap menggunakan Ubuntu adalah:
- Destop GNOME sudah sedemikian diubah alur UX-nya di Ubuntu, tidak sejalan dengan alur UX BlankOn.
- Perubahan di Ubuntu tidak lagi menjamin alur UX BlankOn konsisten di masa depan.
Dengan berpindahnya BlankOn ke Debian, maka diharapkan:
- Berkelanjutan: Meminimalisasi terhentinya proyek.
- Debian lebih cocok karena lebih murni: Mudah untuk berkreasi di atasnya. Kustomisasi dilakukan via konfigurasi program.
- Fokus: Pengembang bisa lebih fokus ke UX daripada mengurusi distro dasar.
Meski mirip, para pengembang tetap perlu mempelajari lebih dalam tentang Debian.
Tambahan [2011.12.02 10:10]:
Logo BlankOn kini turut berubah.[1]
Logo Sebelumnya:
Logo Baru:
Logo sebelumnya terlihat seolah hasil transformasi dari induknya, yaitu Ubuntu.
[0]http://www.slideshare.net/mdamt/blankon-dan-debian
[1]http://dev.blankonlinux.or.id/wiki/Logo
No comments:
Post a Comment